PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN AKUPRESURE MANDIRI UNTUK MENGENDALIKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI DESA UBUD GIANYAR BALI
Disampaikan dalam
Pengabdian Kepada Masyarakat Poltekkes Kemenkes Denpasar 17 Juli 2025
Oleh :
I Wayan Sukawana, I Made Sukarja,
Listina Ade Widya Ningtyas,
Diabetes
Melitus (DM) merupakan penyakit metabolic akibat tubuh kekurangan insulin atau
intoleransi insulin dengan reseptonya. Insulin diproduksi oleh organ pancreas
kemudian diikat oleh reseptornya yang berada pada organ hati dan otot untuk
membuka pintu glukosa (glukosa transporter). Glukosa diperoleh dari penyerapan
zat-zat makanan di usus setelah makan. Hasil penyerapan glukosa diusus kemudian
memasuki system peredaran darah. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan
kadar glukosa darah segera setelah makan.
Terbukanya
pintu glukosa pada organ hati dan otot mengakibatkan sejumlah glukosa dalam
darah akan berpindah ke sel hati maupun sel otot. Dalam organ hati maupun otot,
glukosa tersebut diubah menjadi glikogen. Glikogen merupakan cadangan zat
makanan bagi tubuh saat tidak makan. Saat tidak ada asupan makanan, glikogen
dalam hati dan otot diubah menjadi glukosa dan dilepaskan menuju system
peredaran darah.
Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi sebagian besar sel tubuh terutama system
saraf. Kekurangan energi pada system
saraf dan organ vital lainnya dapat berakibat fatal. Sebaliknya kelebihan
glukosa pada system peredarah darah mengakibatkan berbagai komplikasi. Oleh
sebab itu, tubuh manusia senantiasa mejaga agar kadar glukosa darah selalu
dalam rentang normal. Kadar glukosa darah normal dalam tubuh dalam kisaran
70-100 mg/dL saat puasa dan kurang dari 140 mg/dL setelah makan.
Gangguan pada
pancreas atau tidak terikatnya insulin dengan reseptornya mengakibatkan glukosa
akan menumpuk dalam system peredaran darah (hiperglikemia). Disisi lain, tubuh
kekurangan energi sehingga merangsang lapar dan banyak makan (polifagia).
Hiperglikemia mengakibatkan kekentalan darah meningkat yang merangsang rasa
haus berlebihan sehingga banyak minum (polydipsia). Daya bendung ginjal
terhadap glukosa terlampaui sehingga sejumlah glukosa akan hanyut bersama air
seni. Air seni menjadi lebih pekat akibat mengandung banyak glukosa sehingga
menarik cairan tubuh. Hal ini mengakibatkan banyak kencing (polyuria).
Polifagia,
polydipsia, dan poliuria disebut dengan trias (tiga gejala utama) DM. DM
merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat disembuhkan, bersifat kronis dan
cenderung progresif. DM berkepanjangan cenderung menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi ini dapat menyerang berbagai organ tubuh dan menyebabkan
masalah kesehatan serius. Komplikasi DM meliputi masalah jantung dan pembuluh
darah, kerusakan saraf (neuropati), masalah ginjal (nefropati), kerusakan mata
(retinopati), dan masalah pada kaki, seperti luka yang sulit sembuh dan
infeksi.
Berbagai
komplikasi tersebut dapat dicegah dengan mengendalikan kadar glukosa darah.
Terdapat tiga pilar utama pengendalian kadar glukosa darah pada DM, yaitu; pengaturan pola makan (diet), olah raga
teratur, dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat DM. Namun demikian, lebih dari
50% pasien DM mengalami masalah kadar glukosa darah yang tidak terkendali.
Pengendalian
kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan tindakan komplementer. Salah satu Tindakan komlementer yang telah
diteliti dan terbukti efektif dalam mengendalikan kadar glukosa darah adalah
akupresur mandiri pada titik poin ST-36
(Zusanli), KD-3 (Taixi), dan SP-6 (Sanyinjiao). ST-36 terletak 4 jari dibawah
lutut, 1 jari disamping luar tulang kering (tibia). KD-3 terletak pada pergelangan
kaki bagian dalam, antara tulang pergelangan kaki dan tendon Achilles. SP-6 terletak
empat jari di atas pergelangan kaki bagian dalam, pada bagian lunak atau otot
betis bagian bawah dekat tulang kering (tibia). Akupresur dilaksanakan secara mandiri dengan penekanan
secara intermiten selama 10 detik diselingi 2 detik istirahat. Durasi penekanan
masing-masing 5 menit.
Sehubungan
dengan hasil penelitian tersebut, tim peneliti (I Wayan Sukawana, I Made
Sukarja, Listina Ade Widya Ningtyas, dan mahasiswa) kemudian melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat (PKM) dengan judul Penyuluhan Dan Pendampingan
Pelaksanaan Akupresure Mandiri Untuk
Mengendalikan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus. PKM dilksanakan
di desa Lodtunduh kecamatan Ubud pada hari Kamis tanggal 17 Juli 2025. Pada
kegiatan PKM ini dilaksanakan pengukuran tekanan darah dan kadar glukosa darah,
penyuluhan dan demonstrasi akupresur mandiri, serta evaluasi kemampuan audien untuk
melakukan redemonstrasi. Tampak peserta sangat antusias mengikuti rangkaian
kegiatan.
No comments:
Post a Comment