Kemuliaan Al-Quran dan Kisah Izzah, Oleh " Asghar Saleh. " - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Top Ads

Klik

More News

logoblog

Kemuliaan Al-Quran dan Kisah Izzah, Oleh " Asghar Saleh. "

Wednesday, April 19, 2023


MALUT, WARTAGLOBAL.id - Mobil itu melaju menuju bandara. Jalanan masih sepi. Sebagian Ternate masih terlelap. Di dalamnya, empat penumpang saling diam. Sunyi. Tak ada percakapan. Detak jarum jam yang bergerak terdengar lirih. Berburu waktu. Menunggu kepastian. Hanya bibir-bibir yang bergumam pasrah.


“Allahumma Yassir Wala Tua’ssir” – Ya Allah, mudahkanlah, jangan Engkau persulit. 


Saya membayangkan bagaimana gundahnya hati sepasang suami isteri yang ditemani seorang pemuka agama di dalam mobil itu. Terjebak dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Sementara di antara mereka, duduk seorang anak yang sedang merajut mimpi besar. Mengikuti lomba level internasional nun jauh di tanah Arab.



Kisah yang saya tuliskan ini bukan fiksi. Bukan pula riwayat dalam hadist yang sering kita baca dan amalkan mengikuti kebiasaan Rasulullah pada masa lalu. Ini tentang kebesaran Al-Quran. Menegasi mukjizat dari kitab suci yang sepanjang bulan Ramadhan ini dibacakan kaum muslimin dimana-mana lebih banyak dari biasanya. Al-Quran tak diragukan kebenarannya (la raiba fihi), tidak dapat ditandingi (la ya’tuna bimitslihi) dan petunjuk dari kegelapan (huda lin nas).


Kata Allah dalam surah Al-Baqarah : 23-24) : “Dan jika kamu meragukan (Al-Quran) yang Kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.



Kisah ini bermula jelang bersantap sahur Selasa 11 April 2023 dinihari - saat sebuah pesan masuk ke ponsel Mubarak Hi. Muhammad. Isi pesan membuat suami dari Rahiya Ali ini terhenyak. Ia diminta membuat passport untuk anaknya dan seorang pendamping. Mereka akan diundang ke Abu Dhabi. Pesan itu secara terang benderang menyebut puteri sulungnya Izzah Quratta’ain terpilih masuk final Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Internasional di Uni Emirat Arab.


“Saya dan isteri kaget. Tidak menyangka Izzah akan terpilih” kata Mubarak ketika berbincang dengan saya. Kekagetan itu bercampur antara bahagia dan galau. Bahagia karena Izzah akan berlomba membawa nama Indonesia. Tentang galau akan terjawab setelah membaca ini hingga selesai. Sebulan sebelumnya, seorang teman dari tanah Jawa memang memberi informasi tentang MTQ Internasional itu. Temannya itu pula yang mendaftarkan Izzah sebagai peserta lengkap dengan video pendek Izzah yang sedang membaca Alquran.



Rentang sebulan bikin Mubarak dan isterinya sudah melupakan lomba itu. Apalagi setelah mendaftar, tak ada kabar berita dari panitia. Hingga undangan ke Abu Dhabi tetiba mendatangi rumah mereka di bilangan Dowora Tidore. Setelah rembukan dengan isterinya, Mubarak akan mendampingi anaknya. Hari itu juga passport dirinya beres karena menggunakan aplikasi dengan tambahan biaya untuk mempercepat pengurusan. Punya Izzah sudah ada. Sorenya, Mubarak melaporkan ke panitia di Abu Dhabi.


Rabu dinihari 12 April, kejutan kedua mendatangi keluarga kecil ini yang sedang berlibur di Ternate. Panitia mengirim visa disertai permintaan agar Izzah dan ayahnya segera berangkat ke Jakarta. Tiket Jakarta – Abu Dhabi sudah tersedia. Penerbangan ke sana akan berangkat dari Jakarta jam lima sore hari itu juga. Mubarak dan isterinya kebingungan. “Uang di tangan saya hanya seratus ribu, itupun dalam bentuk pecahan yang kusut. Tabungan kami tak lebih dari dua juta” akunya. 


Kepada siapa hendak meminta pertolongan? “Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir”.  Cukuplah bagi kami Allah sebagai penolong dan Dia adalah sebaik-baiknya pelindung. Dengan itu, Mubarak bergegas ke mesjid untuk shalat subuh. Usai shalat, Ia bertemu Ustad Ibrahim Muhammad – penah jadi Kepala Kantor Agama dan Kadis Pendidikan Kota Ternate. “Ke Aba saya ceritakan masalah ini”. 


Ustad Ibrahim membenarkan cerita ini. Dalam sebuah percakapan telepon, Ustad menceritakan seluruh pergulatan di subuh itu. Saya yang sedang bermotor menuju Sulamadaha merinding mendengarnya hingga tak terasa airmata menetes. Ini tangisan kedua saya setelah malam sebelumnya, seorang jamaah mesjid Imam Bonjol menceritakan hal yang sama setelah mendengar ceramah Ustad Ibrahim.  


Meski tak punya uang tiket yang cukup, keinginan untuk memberangkatkan Izzah mengalahkan semua keraguan. Di titik ini, kita akan menyadari bahwa kebahagiaan orang tua yang paling tertinggi adalah melihat anaknya sukses. Apapun cara akan dilakukan untuk mewujudkannya.  Saya jadi ingat di usia enam tahun saat mengikuti MTQ selevel Polres Ternate, ayah bahkan rela menyewa sebuah sedan corolla berwarna hitam untuk mengantar saya. Ini kemewahan yang tak terkira mengingat rumah kami waktu itu masih berdinding gaba-gaba dan beratap katu. Sebuah penanda kebanggaan dan cinta orang tua.



Rasa cinta itu yang membuat Ustad meminta mereka ke bandara. Di perjalanan, banyak pihak mulai dari kerabat hingga teman-teman dihubungi tetapi tak ada kepastian. Ibunya Izzah sempat berucap ; “Andai Haji Bur (Burhan Abdurahman – Walikota Ternate 2010 -2020) masih ada, tong tra akan susah bagini”. Ucapan itu membuat Ustad terhenyak. Kebaikan Haji Bur tenyata begitu membekas di ingatan banyak orang. 


Tahun 2020, Izzah yang mewakili Maluku Utara mengikuti MTQ tingkat Nasional di Padang Sumatera Barat berhasil meraih juara tiga lomba Tartil Qur’an kategori anak-anak. Pulang ke Ternate, sebuah rumah hasil “Barifola” diberikan Haji Bur sebagai hadiah.


Ustad juga mengontak Alfian Wokanubun, pejabat yang low profil ini dikenal punya banyak koneksi dengan otoritas maskapai dan bandara. Permintaannya sama. Bantu Izzah dan ayahnya berangkat ke Jakarta.   

Tiba di bandara, penumpang penuh sesak. Jam keberangkatan makin menipis. Di saat kritis itu, seorang teman guru di Madrasah tempat Mubarak mengajar memberi kabar jika Ia telah mentransfer uang sebanyak sepuluh juta.

 

Mata Mubarak dan isterinya berkabut menahan tangis. Bergegas mereka menuju anjungan tunai mandiri. Dengan uang itu, Mubarak menuju loket pembelian tiket. Yang tersisa hanya penerbangan Garuda. Mereka tak pernah tahu jika seluruh tiket penerbangan dari Ternate telah “sold out”. Habis dibeli pemudik yang hendak berlebaran di kampung halaman.

Jawaban dari petugas di loket Garuda bikin Mubarak terpukul. Memang masih ada dua tiket tersisa. Tetapi keduanya kelas bisnis. Harganya tigabelas jutaan. Jika membeli dua tiket maka butuh uang lebih dari duapuluh juta.


Ustad Ibrahim yang mendengar informasi ini sontak mengeluarkan surat mobilnya. “Saya langsung berpikir untuk menggadaikan mobil. Yang penting dapat uang untuk membeli dua tiket” cerita Ustad. 

Namun usaha itu tak mendapat respons. Mubarak dan isterinya mulai pasrah. Bersandar di tiang penyangga bandara. Izzah mulai gelisah. Panggilan dari maskapai agar penumpang segera memasuki ruang tunggu membuat tekanan makin tinggi. Saat putus asa mulai merayapi hati, Allah mengirim seorang hambaNya untuk menunjukan balasan bagi mereka yang tak putus meminta pertolongan dariNya.


Adalah Haji Muhammad Daeng Barang yang datang menyapa. Ia sempat bertanya kepada Ustad Ibrahim tentang masalah yang dihadapi Izzah dan keluarganya. Mendengar cerita jika Izzah harus terbang ke Abu Dhabi - ikutan lomba ngaji, pengusaha yang berhati mulia ini langsung membuka tas kecil yang dibawanya. “Saya tambah kase lengkap la ngoni kalao bayar tiket sudah” katanya. Di ujung waktu yang kasip, dua tiket dibayar. Izzah dan ayahnya terbang bersama Garuda.


“Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, air mata saya tak berhenti mengalir. Saya tak membayangkan bersama Izzah ada dalam pesawat setelah semua ujian yang Allah berikan dalam dua hari terakhir sebelum berangkat”. Al-Quran yang jadi pembeda. Ia akan mencintai siapapun yang kerap mendekapnya dalam lantunan ayat-ayat yang indah. Izzah adalah bagian dari cinta itu. Al-Quran juga adalah sumber kejelasan yang menegaskan perbedaan antara kebenaran dan kebathilan, petunjuk dan dasar pengetahuan serta markah rahmat dan kasih sayang Allah.


Mubarak bahkan masih sesungukan ketika kami saling berkabar melalui telepon. Ceritanya bikin saya menangis untuk ketiga kalinya. Kemuliaan Al-Quran itu nyata sebagaimana janji Allah dalam surah Al An’am 6 : 92 : “Inilah kitab yang Kami turunkan penuh dengan keberkahan”. Keberkahan disini memiliki dimensi yang beragam. Berkaitan dengan kehidupan sosial maupun ikhwal yang transenden. Dalam sebuah hadist, kemuliaan Al-Quran itu disebut dapat mengubah kedudukan seorang hamba. “Sesungguhnya dengan kitab ini (Al-Quran), Allah meninggikan derajat suatu kaum dan menjatuhkan derajat kaum yang lain” (HR Muslim).



Saya menonton video yang ramai dibagikan saat Izzah berlomba di Abu Dhabi. Wajahnya sumringah. Kadang tersenyum di tengah jeda antar surah. Suaranya sungguh menggetarkan hati. Ia seperti sedang “bercakap-cakap” dengan Sang Khalik saat surah demi surah dilantunkan dengan hafalan yang menghipnotis. Tajwidnya sempurna. Ketika membaca berita di media bahwa qoriah cilik asal Tidore ini meraih juara ketiga di ajang Internasional itu, saya justru teringat kesulitan demi kesulitan yang menimpa keluarganya saat hendak berangkat dari Ternate.


“Fa Inna Ma’al Usri Yusra Inna Ma’al Usri Yusra” 


Izzah Quratta’ain bukanlah nama sembarangan. Izzah dalam bahasa Arab berarti keperkasaan. Nama yang merujuk pada yang berkuasa. Punya kekuatan  Sedangkan Qurrata’ain bermakna sedap dipandang mata. Semacam doa untuk anak perempuan. Gabungan keduanya mewakili harapan orang tua. “Alhamdulillah merasa sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat mulia ini. Dan terus mengasah untuk bisa lebih baik lagi” kata Mubarak saat saya tanya bagaimana respons dirinya dan isteri melihat capaian Izzah. Ia berharap anaknya segera menyelesaikan hafalan 30 juzz dalam waktu dekat.


Menurut Mubarak, sejak usia dua tahun, Izzah sudah terbiasa mendengar dan mengikuti lantunan ayat-ayat suci Al-Quran. Maklum, Ayahnya adalah seorang Qori yang pernah juara di tingkat propinsi. Mubarak juga pernah juara Nasional pada MTQ khusus Korpri. Baru pada usia 5 tahun - Izzah lahir di Ternate 9 Maret 2014 - Sang Ibu mulai mengajarinya mengaji secara benar. Setahun kemudian, Izzah sudah ikut MTQ tingkat Nasional di Padang. Ia menyabet juara III kategori anak-anak untuk mata lomba Tartil. Sewaktu Maluku Utara jadi tuan rumah STQ Nasional tahun 2021, Izzah ikut berlomba. Dirinya meraih juara III Tartil satu juzz dan juga tilawah. 

    

Kisah Izzah menjadi pengingat penting bagi peradaban Islam di daerah ini. Bukan tentang suksesnya menjadi juara di berbagai lomba tetapi bagaimana Ia jadi suluh yang menerangi kegelapan. Ia hadir untuk mengingatkan pentingnya Al-Quran sebagai pondasi keluarga, masyarakat dan daerah. Jika orang tua sabar dan telaten mengajari anaknya hingga menghafal Al-Quran maka keduanya akan lebih mudah mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak.

Rasulullah SAW bersabda :  “Bacalah Al-Quran karena Al-Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi syafaat) bagi yang membacanya”.


Barakallahu lii walakum fill qur’anill adzim..   


Asghar Saleh.


Klik Disini Untuk Melihat VIDEO

No comments:

Post a Comment