
WARTAGLOBAL.id – Bencana banjir bandang melanda dua desa di Kecamatan Obi Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, tepatnya di Desa Wayloar dan Desa Soligi. Peristiwa memilukan ini terjadi pada Jumat, 13 Juni 2025 pukul 14.50 WIT dan telah menelan satu korban jiwa serta menyebabkan kerusakan parah pada lingkungan dan aktivitas masyarakat setempat.
Korban jiwa dalam musibah ini adalah Jhon Sumbari, pria paruh baya berusia 57 tahun asal Desa Wayloar. Menurut informasi yang dihimpun, Jhon Sumbari tewas terseret arus banjir deras saat sedang dalam perjalanan pulang dari kebun. Tubuh korban ditemukan oleh warga sekitar yang turut membantu proses evakuasi pasca banjir. Kejadian ini sontak mengundang duka mendalam bagi keluarga dan seluruh masyarakat desa.
Banjir bandang yang terjadi secara tiba-tiba ini diduga kuat dipicu oleh meluapnya dua sungai besar di kawasan tersebut, yakni Sungai Akelamo dan Sungai Wayloar. Kedua sungai ini tak mampu menampung debit air yang meningkat drastis akibat curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan Obi Selatan dalam beberapa hari terakhir.
Akibat banjir bandang, tidak hanya nyawa yang melayang, tetapi juga harta benda dan mata pencaharian warga terdampak signifikan. Di Desa Wayloar, selain jatuhnya korban jiwa, tanaman tahunan milik warga seperti pala, cengkeh, dan kelapa mengalami kerusakan berat. Air yang membawa material lumpur dan batu menyapu bersih lahan-lahan perkebunan yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan masyarakat.
Sementara itu, di Desa Soligi, meskipun tidak terdapat korban jiwa, namun dampak banjir tak kalah serius. Seluruh wilayah desa terendam air dengan ketinggian bervariasi antara 30 cm hingga 1 meter. Aktivitas masyarakat lumpuh total. Rumah-rumah warga, sekolah, tempat ibadah, dan fasilitas umum lainnya terendam banjir. Warga pun terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi dan aman.
Jefri Daeng, SH, tokoh masyarakat Obi Selatan yang dihubungi tim media, menyampaikan keprihatinannya atas musibah yang menimpa kedua desa tersebut. Ia menyebut peristiwa ini sebagai sejarah kelam yang belum pernah terjadi sebelumnya.“Ini adalah sejarah kelam untuk desa Soligi dan Wayloar khususnya, dan Obi Selatan pada umumnya. Selama ini tidak pernah ada kejadian banjir sebesar ini di sini, tapi sekarang sungguh memprihatinkan,” ujar Jefri Daeng dengan nada emosional.
Lebih lanjut, ia mendesak perhatian serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah baik di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pemerintah pusat. Menurutnya, kejadian ini tidak bisa dilepaskan dari aktivitas pertambangan dan penebangan hutan yang marak terjadi di Pulau Obi selama beberapa tahun terakhir.“Saya meminta atensi serius dari pemerintah, baik itu Kabupaten, Provinsi, maupun Pusat agar mengevaluasi kembali aktivitas pertambangan di Pulau Obi sebelum bencana lebih besar datang melanda. Pemerintah juga harus mengevaluasi perusahaan-perusahaan kayu yang ada di Pulau Obi, terutama PT. Telaga Bakti. Aktivitas-aktivitas perusahaan tersebut disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab tragedi ini,” tegasnya.
Jefri juga menyoroti lemahnya pengawasan terhadap dokumen-dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang menjadi landasan operasional berbagai perusahaan di kawasan tersebut. Ia menegaskan bahwa semua pihak yang terlibat dalam penerbitan izin dan kajian lingkungan harus bertanggung jawab secara moril atas tragedi ini.“Orang-orang yang telah menandatangani dokumen kajian AMDAL Perusahaan Pertambangan dan Kayu, harus mempertanggungjawabkan secara moril akan peristiwa ini. Ini bukan sekadar bencana alam, tapi sudah menjadi bencana ekologis akibat tangan manusia,” tambah Jefri.
Banjir bandang ini menjadi pengingat serius akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Masyarakat berharap tragedi ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk mengevaluasi kembali arah pembangunan di Pulau Obi, agar tidak lagi mengorbankan keselamatan dan kehidupan masyarakat demi kepentingan ekonomi jangka pendek.
Reporter : Faldi Usman
No comments:
Post a Comment