Akal Bulus DPR Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Tenaga Ahli Anggota DPR 2004-2014. - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Top Ads

Dirgahayu RI
🎉 Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 — 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2025 🎉

More News

logoblog

Akal Bulus DPR Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Tenaga Ahli Anggota DPR 2004-2014.

Monday, October 13, 2025

Jakarta, WartaGlobal.Id Desain kubah Gedung DPR yang menyerupai kura-kura ternyata bukan tanpa makna. Arsiteknya, Soejoedi Wirjoatmodjo, seolah sudah memprediksi bahwa di balik bentuk lambannya itu tersimpan watak para penghuni Senayan: berlindung di balik tempurung, bergerak pelan tapi licik.

Kini ramalan itu terbukti. Di tengah tekanan ekonomi rakyat, DPR RI malah menaikkan dana reses dari Rp400 juta menjadi Rp702 juta per anggota, berlaku sejak Mei 2025. Kenaikan hampir 75 persen ini dibungkus dengan istilah manis: “penyesuaian titik kegiatan”.

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menjadi juru bicara utama pembela kebijakan tersebut. Ia berdalih bahwa dana reses bukan untuk DPR, melainkan untuk kegiatan konstituen di daerah pemilihan. Ia juga menyalahkan Sekretariat Jenderal DPR atas kelebihan transfer Rp54 juta per anggota—dari Rp702 juta menjadi Rp756 juta—yang katanya sudah ditarik kembali.

Namun dalih itu tak ubahnya akal bulus politikus Senayan. Bagaimana mungkin disebut “penyesuaian” bila angka melonjak hampir dua kali lipat? Bagaimana bisa Setjen DPR disalahkan, padahal keputusan anggaran berada di tangan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) yang justru dikendalikan oleh para anggota DPR sendiri?

Lebih jauh, alasan bahwa dana reses untuk rakyat pun sulit dipercaya. Dalam praktiknya, hanya sebagian kecil dana itu benar-benar digunakan untuk kegiatan serap aspirasi di daerah. Selebihnya menguap tanpa jejak, kembali ke saku pribadi.

Kelebihan transfer Rp54 juta yang disebut “salah paham” pun terasa seperti sandiwara klasik Senayan: pura-pura bingung, tapi tetap menikmati. Istilah “kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu” seolah menjadi metafora paling tepat bagi para wakil rakyat ini.

Kenaikan dana reses di tengah kondisi fiskal rakyat yang seret menunjukkan disparitas moral antara penguasa dan yang dikuasai. Di saat rakyat berhemat, DPR malah menambah jatah perjalanan politiknya dengan dalih pelayanan publik.

Dan akhirnya, seperti kata penulis Karyudi Sutajah Putra, yang juga mantan Tenaga Ahli DPR 2004–2014, Soejoedi Wirjoatmodjo tampaknya benar-benar visioner. Gedung berbentuk kura-kura itu kini menjadi simbol watak Senayan: bersembunyi di bawah tempurung ketika disorot publik, tapi tetap melangkah pelan menuju keuntungan pribadi.

“Para wakil rakyat itu memang kura-kura dalam perahu—pura-pura tidak tahu dengan akal bulusnya sendiri,” tutup Karyudi.