
WARTAGLOBAL.id — Curah hujan dengan intensitas tinggi kembali mengguyur wilayah Ibu Kota Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, pada Minggu malam (22/6/2025) sekitar pukul 19.00 WIT. Hujan deras yang berlangsung tanpa henti hingga menjelang subuh menyebabkan sejumlah titik di kawasan pusat kota terendam banjir. Air yang meluap dari saluran drainase yang tersumbat dan tidak mampu menampung debit air tinggi, menggenangi pemukiman warga serta sejumlah kawasan vital aktivitas masyarakat.
Berdasarkan pantauan media hingga pagi pukul 07.25 WIT, ketinggian air di sejumlah titik terdampak mencapai antara 30 hingga 60 sentimeter. Genangan air meluas dan menyebabkan lumpuhnya sebagian aktivitas warga, terutama di Desa Rawabadak, Amasing Kali, Amasing Kota, Kota Popo, Kompleks Habibi, serta kawasan perdagangan Pasar Taman Zero Point.“Air mulai naik sejak tengah malam. Awalnya setinggi mata kaki, tapi subuh tadi sudah sampai lutut. Semua perabotan di lantai rumah saya terendam,” kata Ramli, warga Kompleks Habibi, saat ditemui di depan rumahnya yang masih tergenang.
Menurut warga lainnya, banjir yang terjadi kali ini bukan yang pertama. Hampir setiap kali hujan deras turun, beberapa titik tersebut kerap menjadi langganan banjir. Masyarakat menyayangkan tidak adanya penanganan serius dari pemerintah daerah terkait sistem drainase yang dinilai buruk dan tidak mampu menampung air hujan berintensitas tinggi."Ini sudah ke sekian kalinya kami kebanjiran bahkan lebih parah. Kami sudah bosan mengeluh. Drainase di sini sempit dan penuh sampah. Tidak ada perawatan atau pengerukan rutin dari dinas terkait," ujar Ul sapaannya, tokoh pemuda di Amasing Kota
Banjir yang melanda juga menyebabkan aktivitas ekonomi terganggu. Sejumlah pedagang di Pasar Taman Zero Point tampak kesulitan membuka lapak akibat genangan air yang belum surut. Banyak barang dagangan yang basah karena air masuk ke dalam kios.“Sudah susah jualan, sekarang kios saya kemasukan air. Barang-barang kering seperti mie instan, gula, dan sabun banyak yang rusak. Kami rugi besar,” keluh Nurhayati, seorang pedagang sembako.
Meski banjir kali ini cukup luas, hingga berita ini diturunkan belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa. Namun demikian, warga di sejumlah lokasi terpaksa mengungsi sementara ke rumah kerabat yang berada di tempat lebih tinggi untuk menghindari risiko banjir yang tak dapat diperkirakan berhenti dalam beberapa hari ke depan.
Warga berharap, peristiwa ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk bertindak lebih cepat dan tepat dalam menangani banjir di pusat kota Labuha. Jika tidak, kekhawatiran akan banjir yang lebih besar dan merusak bukan lagi sekadar kemungkinan, tetapi kenyataan yang menunggu waktu.“Kita tidak bisa menyalahkan hujan. Yang salah adalah perencanaan tata kota yang tidak adaptif terhadap cuaca ekstrem. Drainase harus dibenahi, ruang terbuka hijau perlu diperluas, dan masyarakat perlu diajak menjaga lingkungan,”Ujar ibu ima salah seorang warga dusun kompleks Habibi.
Redaksi: wan
No comments:
Post a Comment