Jakarta, WartaGlobal.Id – Dunia akademisi, politik, dan kebijakan ekonomi Indonesia berduka. Arif Budimanta, mantan Staf Khusus Presiden ke-7 Joko Widodo bidang ekonomi sekaligus Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah, meninggal dunia pada Sabtu (6/9/2025) pukul 00.06 WIB dalam usia 57 tahun.
Jenazah disemayamkan di rumah duka kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Sejumlah tokoh, kolega, hingga sahabat hadir memberikan penghormatan terakhir. Keluarga dan kerabat terlihat menggotong keranda jenazah dengan wajah penuh duka.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Bisnis, Muhadjir Effendy, membenarkan kabar wafatnya Arif. “Betul, saya sedang di rumah duka,” ujar Muhadjir singkat saat dikonfirmasi, Sabtu.
Jejak Panjang Seorang Pemikir
Arif Budimanta bukan sekadar politisi atau pejabat publik. Ia dikenal luas sebagai ekonom progresif yang kerap menyuarakan gagasan tajam terkait isu pembangunan, peran UMKM, hingga arah kebijakan moneter. Tulisan dan pandangannya kerap menghiasi media massa, bahkan sering diundang ke forum-forum internasional untuk memaparkan perspektif Indonesia.
Kariernya di lingkaran kekuasaan dimulai ketika dipercaya sebagai Senior Advisor Menteri Keuangan pada periode 2014–2016. Pada saat yang sama, ia juga aktif sebagai Tim Ahli Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2014–2019).
Puncaknya, ia ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Staf Khusus bidang ekonomi. Sebelumnya, Arif juga pernah menjadi Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) pada 2016–2019, posisi yang membuatnya banyak berperan dalam perumusan strategi industri nasional.
Di ranah politik, Arif tercatat sebagai anggota DPR RI periode 2009–2014. Saat itu, ia duduk di komisi yang membidangi keuangan, moneter, dan pengawasan pembangunan dari Fraksi PDI Perjuangan. Meski perannya di legislatif tidak panjang, kiprah dan suaranya kerap meninggalkan kesan kritis terhadap arah pembangunan ekonomi nasional.
Sosok yang Konsisten
Bagi banyak kalangan, Arif bukan sekadar pejabat atau akademisi, melainkan sosok yang konsisten dalam memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat luas. Gagasannya mengenai penguatan UMKM, kemandirian ekonomi nasional, hingga pentingnya transformasi industri kerap menjadi referensi dalam perumusan kebijakan.
Kehilangan Arif Budimanta meninggalkan ruang kosong, terutama bagi Muhammadiyah yang baru saja mempercayakan amanah besar kepadanya sebagai Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata. Dedikasinya di bidang akademis, politik, dan organisasi menjadi warisan yang akan terus dikenang.
Muhadjir Effendy menambahkan, “Indonesia kehilangan seorang intelektual yang punya integritas dan keberpihakan. Arif selalu konsisten membela kepentingan rakyat lewat gagasan dan kerja nyatanya. Semoga amal baiknya diterima dan keluarga diberi ketabahan.”