Sosok AKP Darkun, Perwira Brimob Dikabarkan Meninggal di Depan DPR, Disebut Jadi Korban Pengeroyokan - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Top Ads

Dirgahayu RI
🎉 Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 — 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2025 🎉

More News

logoblog

Sosok AKP Darkun, Perwira Brimob Dikabarkan Meninggal di Depan DPR, Disebut Jadi Korban Pengeroyokan

Tuesday, September 2, 2025

Jakarta, WartaGlobal.Id – Nama AKP Darkun, seorang perwira Brimob Polda Metro Jaya, mendadak jadi buah bibir nasional usai kerusuhan demo buruh di depan Gedung DPR RI pada 28 Agustus 2025. Isu liar di media sosial sempat menyebutnya tewas dikeroyok massa, bahkan kabar itu menyebar luas hingga memicu duka di sejumlah daerah. Namun, fakta yang terungkap justru berbeda: Darkun masih hidup, meski tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Latar Peristiwa Kerusuhan

Aksi unjuk rasa besar yang digelar ribuan buruh dan mahasiswa di depan DPR berujung ricuh. Isu yang dibawa massa beragam, mulai dari tuntutan kenaikan upah, penolakan PHK massal, kritik atas kenaikan tunjangan anggota dewan, hingga kemarahan atas kematian driver ojek online, Affan Kurniawan (21), yang tergilas kendaraan taktis Brimob sehari sebelumnya.

Dalam situasi chaos, AKP Darkun yang bertugas memimpin pasukan pengamanan ikut terjebak di tengah bentrokan. Ia mengalami luka serius di kepala akibat lemparan batu dan hantaman benda tumpul. Kondisinya sempat mengkhawatirkan sebelum akhirnya dievakuasi ke RS Polri.

Isu Hoaks Kematian

Tak lama setelah kerusuhan, kabar simpang siur menyebar cepat di media sosial: Darkun disebut tewas dikeroyok massa. Isu itu langsung viral dan menimbulkan kegaduhan publik. Bahkan, di beberapa daerah sempat dilakukan doa bersama dan salat gaib bagi almarhum yang ternyata masih hidup.

Polda Metro Jaya bergerak cepat membantah isu tersebut. Kabid Humas Polda Metro, Kombes Ade Ary Syam Indradi, memastikan bahwa Darkun dalam kondisi stabil pasca operasi jahitan luka. “Beliau menjalani CT scan, hasilnya tidak ada gegar otak. Hanya luka di kepala dengan enam jahitan. Saat ini kondisinya stabil,” tegas Ade.

Klarifikasi Presiden Prabowo

Isu itu sampai ke telinga Presiden RI Prabowo Subianto. Tak ingin kegaduhan terus berkembang, Presiden langsung mengecek kondisi Darkun di RS Polri. Dalam kunjungan tersebut, Prabowo berbincang singkat dengan Darkun yang terbaring di kasur rumah sakit.

Prabowo sempat terkejut mendengar bahwa Darkun sudah 36 tahun mengabdi di kepolisian. “Terima kasih pengabdianmu,” ujar Prabowo sambil menggenggam tangan sang perwira Brimob. Dengan sisa tenaga, Darkun membalas, “Satya Prabu,” sembari mengepalkan tangan kirinya.

Momen itu menjadi sorotan publik, bukan hanya karena menyibakkan kabar bohong, tapi juga memperlihatkan sisi humanis antara pimpinan negara dan aparat di lapangan.

Sosok AKP Darkun

Darkun adalah Ajun Komisaris Polisi, perwira pertama yang saat ini menjabat Komandan Kompi Brimob, Detasemen A Pelopor II, Mako Brimob Kwitang. Ia dikenal disiplin, tegas, namun tetap menjaga kedekatan dengan pasukan yang dipimpinnya.

Sebagai Danki, Darkun sering terjun langsung di lapangan dalam pengamanan unjuk rasa besar di Jakarta. Keberadaannya di garis depan membuat namanya lekat dengan benturan fisik, sekaligus rentan terhadap risiko tinggi seperti yang dialaminya dalam demo DPR.

Pengingat Bahaya Hoaks

Kasus Darkun menjadi cermin betapa cepatnya kabar bohong beredar di era media sosial. Dalam hitungan jam, isu kematiannya sudah membakar emosi publik dan memicu respons luas, padahal faktanya bertolak belakang.

Pengamat keamanan menilai, peristiwa ini menunjukkan dua hal: kerasnya benturan antara aparat dan massa dalam demonstrasi, serta lemahnya kontrol informasi yang dapat berujung pada disinformasi berbahaya.

Kini, dengan kondisi yang berangsur stabil, AKP Darkun menjadi simbol ketahanan aparat di tengah gejolak sosial. Namun, ia juga sekaligus menjadi pengingat bahwa narasi hoaks bisa sama berbahayanya dengan lemparan batu di jalanan.

“Fakta soal kondisi AKP Darkun ini harus jadi pelajaran. Kita semua harus hati-hati menerima dan menyebarkan informasi, karena hoaks bukan hanya merusak reputasi, tapi juga bisa memicu kegaduhan nasional,” ujar Kombes Ade Ary menutup klarifikasinya.