Ketika Amran Mencari Kebenaran.  Tuduhan Pembreidelan Terhadap Media"Bagaimana Perjuangan Petani Dipermalukan! - Warta Global Indonesia

Mobile Menu

Top Ads

Dirgahayu RI
🎉 Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 — 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2025 🎉

More News

logoblog

Ketika Amran Mencari Kebenaran.  Tuduhan Pembreidelan Terhadap Media"Bagaimana Perjuangan Petani Dipermalukan!

Friday, November 7, 2025


Jakarta 7 November 2025, WartaGlobal. Id 
 Konflik antara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan media Tempo mencerminkan kompleksitas hubungan antara pemerintah dan kebebasan pers di Indonesia. Ketika Menteri Amran menempuh jalur hukum untuk memperjuangkan kebenaran pemberitaan, langkah tersebut dikritik dan digambarkan sebagai bentuk pembredelan.Gugatan sebesar lebih dari 200 miliar rupiah diajukan setelah Dewan Pers menemukan adanya indikasi pelanggaran etik oleh Tempo. Ketua Dewan Pers, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa mekanisme penyelesaian etik telah ditempuh dengan tepat, dan jika pihak terkait mengabaikannya, jalur hukum memang perlu dijadikan alternatif. 

“Pengadilan adalah forum terbuka yang menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas,” ujarnya.Di sisi lain, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyatakan kekhawatirannya terhadap potensi pelemahan kebebasan pers. “Kita harus berhati-hati agar proses hukum tidak dijadikan alat untuk membungkam kritik yang sehat,” kata perwakilan AJI. 
Mereka menegaskan pentingnya menjaga ruang demokrasi dan peran media sebagai pengawas kekuasaan.Namun demikian, perseteruan ini turut menimbulkan dampak sosial yang luas, terutama kepada jutaan petani Indonesia. 
Tempo sempat merilis infografis berjudul “poles-poles beras busuk” yang menggambarkan karung beras berlubang penuh kecoa. Visualisasi ini dinilai oleh banyak pihak, termasuk Menteri Amran, sebagai penghinaan terhadap martabat para petani. 

Penggambaran tersebut seolah merendahkan hasil jerih payah mereka yang memastikan ketahanan pangan nasional.Menteri Amran menegaskan, “Beras yang dihasilkan petani adalah simbol perjuangan dan kemandirian pangan kita. Gambar seperti itu tidak hanya tidak akurat, tapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap kerja keras para petani.

”Permasalahan utama yang muncul adalah perlunya keseimbangan antara kebebasan pers dan akuntabilitas serta perlindungan terhadap pihak-pihak yang diberitakan. Dalam hal ini, akurasi dan tanggung jawab profesional menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan.