Aceh Indonesia 24/12/2025, WartaGlobal. Id
Endapan yang terlihat di lokasi ini terbentuk karena aliran sungai yang membawa material dalam jumlah sangat besar dan terjadi dengan sangat cepat. Awalnya, di bagian hulu dan tengah sungai, arus air mengalir sangat deras sehingga mengikis dan menghancurkan batuan serta tanah. Material yang semula berukuran besar hancur menjadi pasir dan lumpur, lalu terbawa arus ke arah hilir.
Ketika aliran air mulai melambat di bagian hilir, dataran banjir, muara, atau delta, material yang terbawa tadi mengendap sekaligus dalam jumlah besar. Inilah yang menyebabkan lapisan endapan menjadi sangat tebal dan menutupi permukaan tanah, bahkan sampai mengubur bangunan.
Material sedimen ini kemungkinan besar berasal dari daerah hulu sungai yang banyak tersusun oleh batu pasir, lanau, dan tanah lempung, yang memang mudah terkikis saat hujan lebat. Jika hujan turun sangat deras dalam waktu singkat, maka tanah dan batuan tersebut mudah terlepas dan terbawa arus sungai.
Dilihat dari ketebalan endapan yang tidak biasa, kejadian ini bukan proses alam yang normal atau terjadi secara perlahan. Ini adalah tanda adanya kejadian yang sangat ekstrem, dengan arus air yang kuat, debit air yang besar, dan pengikisan tanah yang luar biasa dalam waktu singkat.
Peristiwa seperti ini termasuk bencana katastrofik, yaitu bencana yang terjadi dengan cepat, berdampak luas, dan dapat mengubah bentuk permukaan tanah secara drastis. Contohnya adalah banjir besar, longsor, badai, tsunami, atau letusan gunung api.
Dalam sekitar 200 tahun terakhir, sejak Revolusi Industri, suhu bumi telah meningkat hampir 1,5 derajat Celsius. Bumi yang semakin hangat membuat hujan ekstrem dan cuaca tidak menentu lebih sering terjadi. Kondisi ini meningkatkan risiko bencana seperti yang kita alami sekarang.
Karena itu, kejadian ini bukan sekadar banjir biasa, melainkan peringatan bahwa alam telah berubah, dan cara kita membangun serta menata wilayah ke depan harus lebih hati-hati dan berbasis pemahaman lingkungan.